Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 menyebutkan,
Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara. Dan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru ini
tengah memuat asas-asas kewarganegaraan umum ataupun universal. adapun
asas-asas yang dianut dalam undang-undang ini antara lain :
- Asas Ius Sanguinis (law of blood) merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
- Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas merupakan asas yang menetukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
- Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
- Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan asas yang menetukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Undang-undang kewarganegaraan pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang
ini merupakan suatu pengecualian. Mengenai hilangnya kewarganegaraan
seorang anak hanya apabila anak tersebut tidak memiliki hubungan hukum
dengan ayahnya, dan hilangnya kewarganegaraan ayah atatu ibu tidak
secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan seorang anak menjadi hilang.
Berdasarkan undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan seorang
wanita WNI dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan
seorang wanita WNA dengan pria WNI, sama-sama diakui sebagai Warga
Negara Indonesia. Anak
tersebut akan berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak berusia 18
tahun atau sudah kawin maka anak tersebut harus menentukan pilihannya,
dan pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan paling lambat 3
(tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan perkembangan baru yang positif
bagi anak-anak hasil perkawinan campuran. Namun perlu di telaah,
apakah pemberian dua kewarganegaraan ini akan menimbulkan permasalahan
baru dikemudian hari atau tidak, karena bagaimanapun memiliki
kewarganegaraan ganda berarti tunduk kepada dua yurisdiksi, dan apabila
dikaji dari segi hukum perdata internasional kewarganegaraan ganda
memiliki potensi masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal
yang didasarkan pada asas nasionalitas, maka seorang anak berarti akan
tunduk pada ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum
negara yang satu dengan yang lainnya tidak bertentangan maka tidak ada
masalah, namun bagaimana bila terdapat pertentangan antara hukum negara
yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status personal anak itu
akan mengikuti kaidah negara yang mana, dan bagaimana bila ketentuan
yang satu melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang
lain.
sumber tanyahukum.com
No comments:
Post a Comment