Monday, July 8, 2013

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR


PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR
Isu tentang kelangkaan energi sudah sering kita dengar, hal ini disebabkan karena kita masih begantung pada energi yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak. Di indonesia, perkiraan badan survei minyak dan gas bumi Indonesia, kita akan mengalami kelangkaan bahan bakar minyak di Tahun 2018. Sungguh ironis apabila negara yang kaya akan hasil alam seperti Indonesia mengalami krisis energi. Oleh karena itu, penemuan akan energi alternatif mulai diperhitungkan. Beberapa penemuan sudah banyak kita dengar seperti : bio gas, minyak buah jarak, blue energy, dll. Akan tetapi sifatnya ialah mengubah bahan mentah menjadi sesuatu dan menghasilkan limbah kembali.
            Isu kelangkaan bbm di berbaga daerah, naiknya harga bahan bakar minyak akibat dari kenaikan harga minyak dunia, merupakan suatu bukti bahwa dalam hal bahan bakar minyak, Indonesia merupakan negara yang rendah tingkat produktivitasnya, berbagai alasan seperti Indonesia yang spot-spot eksplorasi minyaknya yang 70% nya dikuasai asing maupun tehkonologi eksplorasi dan pengeboran minyak Indonesia masih belum sanggup merupakan hal-hal yang pelu diperhitungkan jika kita masih mengandalkan bahan bakar dari minyak bumi untuk menjadi sumber energi.
            Memang limbah dan sampah juga menjadi satu fenomena terutama di negara-negara berkembang, karena kedua hal ini menyangkut keindahan dan keutuhan lingkungan.. di kota-kota besar seperti Jakarta, masalah limbah justru menjadi program kerja para pemimpin.Ditambah dengan sengketa tempat pembuangan sampah di bantaran sungai yang memperkeruh sungai dan membuat daerah aliran sungai menjadi dangkal sehingga seringkali air sungai meluap dan menyebabkan banjir.
            Diantara jenis limbah dan sampah, limbah plastik merupakan limbah yang terbesar dan menjadi salah satu limbah yang suit terurai. Tapi hal ini jangan  begitu saja dianggap sebagai maslah baru, karena ternyata imbah yang menjadi limbah pioritas utama untuk didaur ulang ini sudah bukan menjadi momok lagi, bakan menghasilkan ide-ide baru untuk pengolahannya kembali. Di Rusia, seorang bocah umur 9 tahun mampu menghasilkan pundi-pundi uang dengan ide pengolahan limbah plastik tersebut. Ternyata limbah ini masih dapat digunakan lagi untuk menciptakan suatu kreativitas baru.
            Akan tetapi adakah hubungan limbah plastik ini dengan kelangkaan energi yang sedang terjadi?, ternyata hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa pastik mengandung kadar oktan dan metana (ch4) yang biasa dihasilkan  untuk pembakaran menjadi energi. Hanya apakah kita mau dan mampu untuk mengolahnya menjadi pioritas bahan bakar alternatif dan mau untuk menggunakannya, karena selama ini sepengetahuan kita bahwa yang merupakan bahan bakar minyak tersebut ialah : premium, solar, dan minyak tanah, yang semuanya diambil dari hasil penyulingan minyak bumi (minyak mentah).
            Penelitian dan ekspeimen sampah plastik yang  diubah menjadi bahan bakar ternyata sudah banyak bekembang, khususnya di daerah-daerah di indonesia, terutama di dalam institusi pendidikan dan masyarakat umum.
            Beberapa penelitian tersebut antara lain :
1.      Di daerah Samarinda, seorang pria  bernama Marno Mukti, ketua RT 22 Samarinda Ilir sudah pernah melakukan eksperimen ini. Berangkat dari sifat kepeduliannya terhadap lingkungan , ia mencoba mengajak masyarakatnya untuk peduli akan masalah-masalah lingkungan tersebut, terutama mendaur ulang sampah-sampah plastik yang ada menjadi bahan bakar. Berbekal alat pembakaran dan penyulngan (reaktor) sendiri dan tabung gas elpiji 3 kilogram ia mencoba melakukan eksperimen dengan sampah plastik,. Sampah plastik yang menjadi pioritas ialah plastik kresek dan botol kemasan. Petama-tama ia mencoba melubangi gas elpiji 3 kilogram tersebut dan menghubungkannnya dengan reaktor.ia mnggunakan bahan bakar seperti: gas, batu bara untuk memanaskan reaktor dengan suhu ideal 200 derajat, dan hasilnya dengan 1 kilogram sampah plastik ia dapat menghasilkan  400 mililiter bahan bakar sejenis solar, 200 mililiter bahan bakar sejenis minya tanah, dan 200 mililiter bahan bakar sejenis premium. ternyata dengan reaktonya tersebut, gas metana yang terdapat pada plastik akan terbuang dengan sendirinya.Dan gas metana tersebut bisa digunakan untuk bahan bakar gas jika ingin dimaksimalkan.  Akan tetapi dengan keterbatasan modal untuk produksi hal ini belum diproduksi secara komersil. Ia berharap ada bantuan dari beberapa institusi atau kelembagaan untuk mengembangkan hasil temuannya tersebut. Dengan perhitungan biaya produksi, hasil dari penyulingan ii dapat dijua dengan harga yang cukup ekonomis, hanya 7500/liternya.
2.      Penemuan lainnya dipelopoi oleh salah satu institusi pendikan di daerah Jawa Timur ( SMK Negeri 3 Madiun), berangkat dari kerjasam guru dan mahasiswa jurusan kima, mereka berusaha dan mengembangkan penelitaian pengolahan sampah-sampah plastik tersebut enjadi bahan bakar minyak. Mereka berusaha membeikan inovasi dan peningkatan terhadap nilai oktan dari hasil penyulingan tersebut agar nantinya dapat digunaka untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin-mesin yang sebelumnya hanya dapat digunakan untuk baha bakar lampu tempel, kompor, dan mesin pemotng rumput. Sampai akhirnya SMK Negeri 3 Madiun ini menjadi tim tentor dan penyedia alat-alat penyulingan bagi beberapa SMK lainnya. Langkah-langkah prosesnya cukup sedrerhana, alat pembakaran dibuat dari tabung gas elpiji yang berfungsi untuk tabung pemanas atau pembakar, tabung gas dihubungkan dengan pipa penyulingan yang kemudian terhunung dengan tabung penadah uap aatau hidrokarbon. Hasilnya kemudian ditadah dan dijernihkan hingga layak menjadai bahan bakar minyak, hasil uji laboratorium SMK, tiap 1 kilogram limbah dapat mnghasilkan sekitar 1 liter BBM. Cara penglahan limbah pun cukup sederhana, limbah dicacah dan dimasukkan kedalam tabung penyulingan yang sudah dipanaskan pada suhu 200-400 derajat celcius, uap yang dhasilkan kemudian dihubungkan ketabung penadah untuk didinginkan dan cair, dan hasilnya berbentuk minyak yang kemudian ditadah, minyak tersebut kemudian dijernihkan dan dibedakan unuk mengetahui apakah hasilnya menyerupai minyak tanah atau bensin. Selain dari proses penyulingan kualitas hasil penyulingan juga ditentukan oleh jenis plastik seperti: Polyethylene (PE), Polypropylene Carbonate (PPC), Polyethylene Terephthalate (PET), Density Polyethylene (DPE), Low Density Polyethylene (LDPE), dan sebagainya, jenis PE lebih mudah diekstrak dan lebih mudah untuk dimurnikan. Penemuan ini sudah mendapat apresiasi oleh pemerintah provinsi Jawa Timur karena sudah diuji untuk berbagai jenis kendaraan dan mesin-mesin, bahkan mobil buatan SMK Indonesia sudah pernah mencoba untuk mengunakan bahan bakar ini. Hanya perlu dilakukan proyek penelitian yang lebih lanjut untuk penyempurnaan hasil oktan agar dapat disetarakan dengan bahan bakar seperti : Pemium atau minyak tanah. Jika prospektif untuk menjadi bisnis komersial, tiao satu liter bahan bakar limbah plastik terseut dapat dijual seharaga 8000/liter.
Dari hasil berbagai penelitian diatas, kita mengetahui bahwa ternyata dengan niat dan kepedulian akan lingkungan, limbah dapat diperdayakan kembali untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, bahkan limbah pastik yang sulit terurai sekalipun. Namun, dalam pelaksanaanya banyak dtitemukan kendala seperti:
1.      Pembiayaan penelitian yang sulit sehingga para peneliti sulit untuk mengembangkan proyek penelitiannya untuk membuat poyek penelitian komersil untuk digunakan
2.      Perhatian para pemimpin untuk menaungi setiap penelitian baik  dengan cara memberikan kompensasi, apresiasi, maupun menjadi fasilitator dalam pengenalannya
3.      Pandangan pesimis dari setiap masyarakat ataupun ketidakpercayaan masyarakat terhadap setiap poduk yang dihasilkan oleh bangsanya sendiri.
4.      Pengembangannya masih dilakukan dalam skala kikro, sehingga hasilnya belum dapat dikatakan maksimal
Ini mungkin yang perlu menjadi perhatian jika ingin mengembangkan setiap produk penelitain ataupun penemuan bersama. Sehingga setiap penemuan dapat berkembang dan menjadi solusi untuk setiap masalah, terutama dibidang tehknologi.
Untuk mengatasi krisis energi ataupun kelangkaan bahan bakar, pemnemuan penelitian dibidang pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar yang sudah ada ini mungkin  perlu diperhitungkan sebagai salah satu sumber energi alternatif.terutama dengan banyaknya limbah plastik yang juga menjadi masalah lingkungan, seperti kata pepatah “ sekali mendayung dua tga pulau terlampaui” , selain masalah kelangkaan energi , masalah lingkungan seperti yang dihadapi kota Jakarta mungkin dapat terpecahkan.
Di sisi ekonomi, baik dalam skala mikro maupun makro, hal ini mungkin dapat menjadi solusi seperti :
1.      Masalah kebutuhan pasokan energi masyarakat mungkin dapat diatasi
2.      Dapat membuka lapangan pekerjaan baik dalam skala mikro ( seperti pengambilan bahan baku) maupun makro ( membuat pabrik pengolahan/ penyulingannya)
3.      Mengurangi tingkat pengangguran
4.      Mengurangi social cost bagi produsen atau pabrik yang menghasilkan limbah-limbah plastik dan menjadi eksternal positif bagi penduduk sekitar
5.       Menaikkan PAD maupun Pendapatan Nasional, dsb
            Kesimpulannya bahwa tehkonologi ini masih relevan untuk dikembangkan untuk kemajuan suatu negara, karena ternyata banyak manfaat yang didapatkan, oleh kaena itu butuh perhatian besar untuk membawa penelitian ini menjadi proyek yang sempurna dan menjadi solusi masalah, teruama masalah yang terjadi di tingkat nasional. Dibutuhkan banyak tenaga pemikir, keuletan dan kesabaran dalam penembangannya, akan tetapi, degan persatuan dan gotong-royong seluruh elemen, cita-cita ini mungkin saja akan tercapai.
 
           
STEPHANUS WAHYU  PITOYO
12030111130036
sumber:http://pitoyowahyu.blogspot.com/2012/07/pemanfaatan-teknologi-pengolahan-sampah.html?showComment=1373294214220#c489996732350483599

No comments:

Post a Comment